About Me

PESAN KEBIJAKSANAAN

"Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya, tetapi yang bodoh meruntuhkannya dengan tangannya sendiri. Siapa berjalan dengan jujur, takut akan Tuhan.." (Amsal 14)

Monday, June 15, 2009

perempuan, desa dan kemiskinan

Seringkali kita bicara tentang kemiskinan yang sepanjang masa terus menemani kehidupan negeri ini. Namun, seiring perjalanan waktu kemiskinan tidak pernah lekang walaupun begitu banyak upaya dan program dilakukan untuk itu. Bahkan definisi kemiskinan itu sendiri semakin luas saja. Misalnya kalau dari ukuran ekonomi sebelum ini diukur dari tingkat pendapatan, sekarang kita memahami bahwa tingkat konsumsi juga adalah faktor ukuran. Sebelumnya kita bicara ketidaktersediaan sarana pendidikan dan kesehatan, sekarang bagaimana mengakses itu adalah persolan yang sangat penting.
Walaupun pemerintah sudah berupaya dengan berbagai program,dengan mengalokasikan anggaran yang cukup tinggi, realitasnya jumlah masyarakat miskin masih tetap tinggi. Kemiskinan ini berwujud pada ketertinggalan sebuah wilayah dengan berbagai bentuk. Ini juga bisa mewujud dalam persoalan-persoalan kemasyarakatan. Kalau kita telusuri contohnya seperti masalah trafficking, masalah prostitusi, pekerja anak, dan lain-lain,yang hulunya adalah kemiskinan. Kenapa masih banyak anak yang mengalami lumpuh layu, busung lapar, gizi buruk, ujungnya adalah persoalan kemiskinan dengan ketidakmampuan untuk mengakses informasi dan layanan kesehatan dan tingkat pendidikan keluarga dan lingkungan. Persoalannya barangkali adalah pendekatannya belum pada penyelesaian akar kemiskinan itu. Masih pada persoalan yang terlihat dipermukaan. Karena itu, persoalan kemiskinan harus diberantas dimulai dari akarnya.

Desa dan perempuan
Dimanakah kantong-kantong kemiskinan itu? Daerah tertinggal adalah daerah termiskin di negeri ini dan luasnya sangat luas dibanding perkotaan. Di desa-desa daerah tertinggal berbagai ukuran kemiskinan kita temui. Mulai dari income percapita, pendidikan dan ketrampilan yang rendah, tingkat kesehatan yang rendah, buruknya pemukiman dan lingkungan, buruknya aksesibilitas sarana transportasi dan informasi, demikian juga persoalan budaya dan adat istiadat. Produksi rendah dan diikuti pula persoalan distribusi, dan sebagainya. Karena itu upaya penyelesaian kemiskinan harus dimulai di desa terutama di daerah tertinggal. Kemiskinan kota merupakan bias dari desa. Migrasi ke kota terjadi ketika desa tidak mampu lagi menanggung persoalan kemiskinan masyarakatnya. Sehingga bila desa dimajukan maka sebahagian persoalan kemiskinan kota otomatis dapat ikut tertasi. Membangun desa dilakukan dengan pendekatan yang lebih efektif dan menyeluruh mencakup semua dimensi dalam upaya menanggulangi kemiskinan wilayah dan masyarakatnya dengan prinsip pemberdayaan dan mengikutsertakan masyarakat sebagai subjek.

Banyak isu saat ini terutama berkaitan dengan TKW bermasalah, prostitusi, trafficking, pekerja anak yang semua berkaitan dengan perempuan. Inti masalah ini perempuan dari desa dan perempuan yang terbelenggu kemiskinan. Dan inilah potret kemiskinan negri ini sesungguhnya, diwajah perempuan di negeri ini. Wilayah miskin yang rentan dengan permasalah ini adalah ketika keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidupnya, ketika mata pencaharian belum berbasis pada pekerjaan, tingkat pengangguran tinggi dan jangka panjang, tingkat kualitas pendidikan yang rendah, dan adanya perbedaan yang tinggi pendapatan di desa dan kota. Maka, banyak perempuan yang kemudian mengambil tanggungjawab untuk memenuhi masalah keluarga miskin ini. Oleh karena itu, menyelesaikan persoalan kemiskinan harus dengan menemukan akarnya yaitu di desa dan di dalam kehidupan perempuan. Apalagi populasi perempuan lebih dari 50 percent, baik perempuan dan anak perempuan, dan perempuan mempunyai the power of influence yang spesifik. Ini adalah kekuatan untuk melakukan sebuah gerakan mengatasi kemiskinan dan melakukan pembaruan kehidupan dan negeri. Mengatasi kemiskinan tidak juga hanya cukup dengan adanya undang-undang yang berkaitan dengan ini, tetapi sangat diperlukan komitmen dengan mengerahkan semua kemampuan dan kekuatan untuk ini. Tanpa itu, tidak akan efektif.
/egnt

No comments:

Post a Comment