Saat sekarang istilah neoliberalisme dan kerakyatan sangat populer, terutama di musim pilpres ini. Menariknya, semua capres tidak ada yang mengaku sebagai penganut eko neoliberalisme. Semua mengaku penganut paham ekonomi kerakyatan.
Menariknya lagi, tidak ada yang bisa menjelaskan seperti apakah paham yang mereka anut itu. Ekonomi kerakyatan yang seperti apa, dan anti-neoliberalisme seperti apa deskripsinya kurang jelas. Intinya, neoliberalisme cuma dilandaskan pada pasar bebas, dan ekonomi kerakyatan ya ekonominya rakyat. Itu tok. Lebih menariknya lagi, banyak kalangan ilmuan dan elit ekonom malah mengatakan tidak mengenal konsep neoliberalisme dan apa itu ekonomi kerakyatan.
Wah, bagaimana ini ? Tetapi yang pasti ini jadi semakin menarik ya karena politisnya.. klaim-klaimnya itu...
Sekarang coba kita lihat persoalan rakyat. Yang paling krusial sekarang masalah tenaga kerja, yang lapangannya makin sempit. Kemudian kemiskinan, yang kait mengkait dengan itu. Saat ini sekitar 100jutaan orang berusia 15 tahun ke atas, dan setengahnya mereka adalah perempuan. Dimana mereka bekerja? Setengahnya pengangguran, setengahnya di pertanian, perkebunan, perikanan dan sektor informal.. karena keterbatasan pendidikan dan ketrampilan mereka hanya itu lahan bagi mereka. Tentu karena kemiskinan yang ada, dan akibatnya berputar lagi tidak dapat meningkatkan pendapatan sesuai yang dibutuhkan keluarga. Di manakah mereka ini paling banyak, ya di desa. Di desa, dari dulu juga sudah di kenal pasar. Ada pasar pekan, pasar rakyat, dan di Nias namanya harimbale. Pasar ini digerakkan oleh nurani kebutuhan ekonomis rakyat, tanpa aturan dan arahan bergulir sendiri. Pasar ini tidak mengenal regulasi, kecuali etika sopan santun diantara mereka saja. Jadi bukan rakyat tidak mengenal pasar. Tapi mereka tidak mengenal yang namanya neoliberalisme. Menyebutnya juga tidak bisa, pasti salah. Di kota ada pasar tradisionil, katanya untuk rakyat. Lalu dimodernkan, tapi apakah masih untuk rakyat? Ya tidak juga, lha kios dan ruangannya bayar , harus dibeli mahal. Ya tidak sanggup. Jadi pasar rakyat yang modern untuk siapa di kota?
Kadang aneh, anti-neoliberalisme tapi kegiatannya kapitalis, ya sami mawon. Lalu, ada ekonomi kerakyatan, dimana peran rakyatnya dan siapa rakyatnya tidak juga jelas. Program ekonomi untuk petani apa memang benar untuk petani? Kalau memang sudah menganut ekonomi kerakyatan dengan prinsip dari-oleh-dan untuk rakyat, lha kok masih saja kemiskinan, pengangguran, trafficking, tkw bermasalah cukup tinggi. Ya, jadi perlu dicermati juga.
Karena itu, jangan terlena dengan retorikapolitis para elit. Jangan lihat kemasan atau judulnya. lihat isinya. Apa itu neoliberalisme dan apa yang diklaim dengan ekonomi kerakyatan. Yang pasti, selama ekonominya tingkat partisipasi rakyat minim, tidak dinikmati rakyat, tidak mendatangkan kesejahteraan.. ukuran minimalnya ambil saja desa dan perempuan, ya perlu penjelasan lebih lanjut. Hati-hati meng-klaim, dan hati-hati memilih. /egnt
About Me
PESAN KEBIJAKSANAAN
"Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya, tetapi yang bodoh meruntuhkannya dengan tangannya sendiri. Siapa berjalan dengan jujur, takut akan Tuhan.." (Amsal 14)
Sunday, June 21, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)

Wah sudah agak lama blog ini tidak diurus ya Bu Esther. Sayang banget diterlantarkan. Saya kira ada banyak ide bu Esther yang terus mengalir tapi belum tersampaikan kepada orang lain.
ReplyDeleteSaya tunggu tulisan berikut ya Bu Esther.